Beauty & Health, Ladies' Health

Kenali Gejala, Kasus Difteri di Penghujung Tahun 2017

Wabah Difteri yang terjadi di penghujung tahun 2017 di dunia medis masuk dalam kategori Kejadian Luar Biasa (KLB). Menurut berbagai sumber berita Nasional, Difteri sendiri telah menjadi wabah dan memakan korban jiwa karena terlambat penanganannya serta gejala yang ditimbulkan bersifat absurd atau tidak mudah dikenali.

Melansir dari laman klikdokter.com dan alodokter gejala yang timbul pada penderita difteri tergantung pada letak bakteri tersebut berkembang biak. Difteri sendiri adalah infeksi bakteri yang umumnya menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta terkadang dapat memengaruhi kulit. Penyakit ini sangat menular dan termasuk infeksi serius yang berpotensi mengancam jiwa.

Penyebab Difteri sendiri beraneka ragam namun secara jelas difteri yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae ini sangat mudah tersebar melalui kontak dengan penderita lain yang sebelumnya sudah mengalami gejala dari bakteri ini.

Ada sejumlah cara penularan yang perlu diwaspadai, contohnya :

  • Terkena percikan ludah penderita di udara saat penderita bersin atau batuk. Ini merupakan cara penularan yang paling umum terjadi
  • Kontak langsung dengan benda-benda yang sudah terkontaminasi oleh bakteri, contohnya mainan atau handuk.
  • Sentuhan langsung pada luka (ulkus) akibat difteri di kulit penderita. Penularan ini umumnya terjadi pada penderita yang tinggal di lingkungan yang padat penduduk dan kebersihannya tidak terjaga.

Jenis-jenis difteri sendiri antara lain :

1. Difteri hidung : Bermula dari gejala seperti flu, namun kemudian cairan hidung yang keluar bercampur dengan darah sedikit, dan mengalami demam tinggi sebagai tanda terjadinya infeksi.

2. Difteri faring atau tonsil : Terbentuknya lapisan berwarna abu-abu yang menutupi tenggorokan atau amandel, awalnya akan seperti sariawan yang bila tidak segera mendapatkan penanganan dan semakin parah, akan mengkerak dan menimbulkan rasa sakit serta demam tinggi selama lebih dari 2-3 hari.

3. Difteri laring atau trakea : Pada difteri yang satu ini, penderita akan kesulitan mengeluarkan suara, ngelami sesak napas, napas berdenging, demam tinggi sampai 40 derajat celcius, kulit nampak biru, dan terjadi pembengkakan pada kelenjar leher.

4. Difteri kulit : Terdapat luka mirip dengan luka sariawan pada kulit area kelamin, atau lapisan kulit lain yang tersusun atas selaput lendir ataupun selaput basah. Pada kondisi tersebut, luka yang terjadi justru cenderung tak terasa apa-apa.

Pencegahan ringan yang bisa dilakukan oleh seseorang dengan kondisi tubuh yang sehat adalah tetap menjaga kesehatan dan memproteksi diri dengan cara mengkonsumsi suplemen kesehatan agar sistem imunitas tubuh terjaga. Selain itu, bila ada di situasi umum, jangan abaikan penggunaan masker untuk melindungi saluran pernapasan dan mulut. Pencegahan lain yang tergolong penting dan cukup kuat adalah melakukan vaksin DTP. Vaksin ini, meliputi difteri, tetanus, dan pertusis atau batuk rejan. Bila kamu sudah yakin pernah melakukan vaksin DTP, maka jangan ragu untuk tetap menjaga diri dengan melakukan pencegahan ringan.

Pada kasus penderita yang diduga kuat tertular difteri melalui gejala yang ditunjukan, dokter akan memulai pengobatan bahkan sebelum hasil laboratorium keluar. Pasien akan dirawat dalam ruan isolasi rumah sakit dan akan diberikan terapi dengan 2 jenis obat yaitu antibiotik dan antitoksin.

 

Previous ArticleNext Article